Menelusuri sejarah berkembangnya Persadaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang sekarang ini sudah menjadi organisasi kemasyarakatan besar dengan jumlah anggota yang sangat banyak tersebar di seluruh Indonesia bahkan sudah sampai ke luar negeri dengan terbentuknya beberapa komisariat di luar negeri.
Pendhita Wesi Kuning Julukan RM. Imam Koesoepangat
Sebelum melihat jauh kedepan mengenai perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate sekarang ini, marilah kita mengingatkan seseorang yang memiliki julukan : “PENDHITA WESI KUNING”. Siapa kah Pendhita Wesi Kuning itu? Beliau dikenal seorang yang memiliki dedikasi tinggi, dalam kamus hidupnya tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan. Pola hidupnya sederhana meskipun beliau dilahirkan dari keluarga yang bermartabat, penerus trah kusumah rembesing madu amaratapa wijiling handanawarih. Kiat beliau “Sepiro gedhening Sengsoro Yen Tinompo Amung dadi Cobo” dan kiat itu dihayatinya dijabarkan dalam peri lakunya sampai akhir hayatnya sampai beliau meninggal dunia.
Beliau teguh dalam pendirian yakni dalam hidupnya mengabdi pada sesama, dan orang-orangpun memberi julukan “PENDHITA WESI KUNING” (konon julukan ini diberikan mengacu pada warna wesi (besi) kuning sebagai senjata kedewataan yang melambangkan ketegaran, kesaktian, kewibawaan sekaligus keluhuran). Ketika beliau di tanya, siapakah orang yang paling dicintainya di dunia ini ?. beliau akan menjawab dengan tegas “IBU“. Dan ketika ia di tanya organisasi apakah yang paling ia cintai selama di dunia ini ?. maka beliau pun akan mengatakan "PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE".
Dua jawaban pertanyaan di atas, mengacu pada kedalaman rasa dan telah di buktikan tidak hanya ucapan belaka melinkan dengan kerja dan perilaku nyata. Hampir sepanjang hidup beliau waktu, tenaga, pikiran dan jiwanya dipersembahkan demi baktinya kepada kedua-duanya. Yakni ibu, seorang yang telah berjasa atas keberadaan di dunia ini, dan persaudaraan setia hati terate sebuah organisasi tempat menemukan jati diri, sekaligus ajang darma baktinya dalam rangka mengabdi kepada sesama.
Siapakah sebenarnya Pendhita Wesi Kuning beliau adalah RADEN MAS IMAM KOESOEPANGAT. Putra ketiga dari pendawa lima. Yang lahir dari garba : Raden Ayu Koesmiyatoen dengan suami Raden Mas AMBAR KOESSENSI. Bertepatan pada hari jum`at pahing tanggal 18 nopember 1938, di Madiun.
Kakek beliau (Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat) adalah bupati Madiun VI dan neneknya (Djuwito) atau (RA Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat), merupakan figur yang di segani pada saat itu.
Menurut keterangan dari pihak keluarganya, trah Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesodiningrat selain di kenal sebagai penerus darah biru juga dikenal sebagai bangsawan yang suka bertapa brata satu laku untuk mencari hakikat hidup dengan jalan meninggalkan larangan-larangan Tuhan Yang Maha Esa serta membentengi diri dari pengaruh keduniawian. Bakat alam yang mengalir dalam darah kakeknya ini , di kemudian hari menitis ke dalam jiwa RM IMAM KOESOEPANGAT. Dan mengantarkan beliau menjadi seorang Pendekar yang punya Kharisma dan di segani sampai ia sendiri di juluki. “Pandhita Wesi Kuning”.
Masa Kecil RM. Imam Koesoepangat
Masa kecil Raden Mas Imam Koesoepangat di lalui dengan penuh suka dan duka, ia seperti hal nya saudara-saudara kandungnya (RM Imam Koesoenarto dan RM Imam Koesenomihardjo, dan RM Koesenomihardjo kakak serta RM Imam Koeskartono dan RM Abdullah Koesnowidjodjo,adik) hidup dalam asuhan kedua orang tuanya, menempati tempat tinggal kakeknya di lingkungan kabupaten Madiun . (menurut sumber terate) semasa kecilnya, RM Imam Koesoepangat belum menunjukan kelebihan yang cukup berarti. Di sekolahnya (SD latihan duru satu : sekarang SDN Indrakila Madiun) ia bukan tergolong siswa yang paling menonjol, salah satu nilai lebih yang di miliknya barangkali hanya karena keberanianya. Selain ia sendiri sejak kecil sudah di kenal sebagai bocah yang jujur dan suka membela serta suka menolong teman-teman sepermainanya.
Ketika berumur 13 tahun, semasa ia haus damba kasih dari ayahanda nasib berbicara lain RM Ambar Koesensi (ayahanda tercinta) di panggil ke Hadirat Tuhan yang maha Esa, tepatnya pada tanggal 15 maret 1951 , sewaktu ia masih duduk di kelas 5 SDN. RM Imam Koesoepangat kecilpun seperti tercerabut dari dunia kanak-kanaknya, sepeninggalnya orang yang di cintainya itu sempat menggetarkan jiwanya. Namun kematian tetap kematian tidak seorangpun mampu menolak kehadiranya. Begitu juga yang terjadi pada RM Ambar Koesensie.
Hari-hari berikutnya RM Imam Koeseopangat diasuh langsung oleh ibunda RA Koesmiatoen Ambar Koesmiatoen. Di waktu-waktu senggang ibunda sering kali mendongeng tentang pahlawan-pahlawan yang dikenalnya dan tidak lupa memberi petuah hidup. Berawal dari tatakrama pergaulan, tatakrama menembah (bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) sampai merambah pada pengertian budi luhur dan mesubrata.
Riwayat Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Benih luhur yang di tanamkan ibundanya itu lambat laun ternyata mampu mengendap dan mengakar di dalam jiwa RM Imam Soepangat, beliau lebih akrab dengan panggilan “ARIO” perhatiannya terhadap nilai-nilai budi luhur kian mekar bagaikan terate di tengah telaga. Semenjak kecil sudah menyukai laku tirakat, seperti puasa dan lain-lain, sejalan dengan itu sikapnya mulai berubah ia mulai bisa membawa diri menempatkan perasaan serta menyadari keberadaannya. Gambaran seorang Ario kecil, sebagai bocah ingusan, sedikit demi sedikit mulai di tinggalkannya.
Rasa keingintahuan terhadap berbagai pengetahuan terutama ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan yang menjadi idaman semenjak kecil kian hari semakin membakar semangatnya. Melecut jiwanya untuk segera menemukan jawabanya, barang kali terdorong oleh rasa keingintahuanya itulah ketika umurnya bejalan enam belas tahun RM Imam Koeseopangat mulai mewujudkan impianya. Di sela-sela kesibukanya sebagai siswa di SMP 2 Madiun, ia mulai belajar pencak silat di bawah panji-panji Persaudaraan Setia Hati terate. Kebetulan yang melatih saat itu adalah mas IRSAD (murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) selang lima tahun kemudian 1959 setelah tamat dari SMA Nasional Madiun ia berhasil menyelesaikan Pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate dan berhak menyandang gelar pendekar tingkat satu. Sekarang dikenal dengan Warga Tingkat 1 PSHT.
Dari perjalanan beliau di Persaudaraan Setia Hati Terate di bawah bimbingan Mohammad Irsyad akhirnya beliau manggantikan Mas Irsyad untuk menjadi Ketua Pusat PSHT.
- Tahun 1974 RM. Imam Koesoepangat menjadi ketua pusat PSHT .
- Selanjutnya tahun 1977 - 1984 RM Imam Koesoepangat menjadi Ketua Dewan Pusat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
- Tahun 1985 - 1988 RM Imam Koesoepangat menjadi Ketua Dewan Pusat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
- Tahun 1988 RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai tahun 2015
Sebagian besar artikel ini dikutip dari: Persaudaraan Setia Hati Terate
Get a $200 Bonus at Harrah's Casino in Las Vegas
ReplyDeleteThe new Harrah's aprcasino Casino is one of the most well-known Las poormansguidetocasinogambling Vegas-style casino resorts. It features a full-service worrione.com spa, a full-service febcasino spa and